Rabu, 01 Agustus 2012

problematika pembelajaran kitabah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Sejauh ini telah banyak perubahan sikap para ahli terhadap peran menulis dalam program pengajaran bahasa. Beberapa ratus tahun yang lalu, pengajaran bahasa asing dilakukan dengan cara yang sama, yaitu dengan metode terjemahan terjemahan teks tulis. Kemudian datang metode langsung pada tahun 1930-an, yang menyisihkan secara mutlak peranan menulis. Sejak saat itu melalui metode audiolingual dan metode-metode pengikutnya, menulis tidak memperoleh tempat yang memadai di dalam pengajaran. Para linguis cenderung memandang bahasa tulis sebagai bentuk ungkapan nomor dua.
Tulisan merupakan bentuk pengibaratan yang besar yang dibuat oleh manusia, dan manusia memulai sejarah peradabannya ketika menulis sebuah tulisan. Sejarah peradaban akan hilang pada saat manusia tidak menuliskan sesuatu yang telah dipelajarinya. Aktivitas menulis memungkinkan siswa untuk memikirkan pengalaman yang mereka miliki.
Seperti halnya kemampuan berbicara, kemampuan menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Namun dalam penggunaan bahasa sehari-hari berbicara dilakukan dalam jumlah dan frekuensi yang lebih tinggi daripada menulis. Selain frekuensinya yang tinggi berbicara pada umumnya dilakukan secara spontan, tanpa banyak kesempatan untuk memperhatikan kaidah penggunaan bahasa secara semestinya.
Hal yang berbeda terjadi pada penggunaan bahasa secara tertulis. Dalam mengungkapkan perasaan atau pikiran secara tertulis, seorang pemakai bahasa memiliki lebih banyak kesempatan untuk persiapan dan mengatur diri, baik dalam hal apa yang akan diungkapkan maupun bagaimana cara mengungkapkannya.
Dari itu pemakalah ingin menjelaskan tentang pengertian maharah kitabah atau menulis, serta menjelaskan strategi dan proses pembelajaran maharah kitabah, karena maharah kitabah atau ketrampilan menulis merupakan salah satu ketrampilan yang mendasar dari keempat ketrampilan berbahasa yang lain. 
1.2. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Maharah Kitabah?
2.      Apa saja tujuan dan manfaat dari mempelajari Maharah Kitabah?
3.      Apa saja aspek dalam Maharah Kitabah (menulis)?
4.      Bagaimana proses pembelajaran Maharah Kitabah?
5.      Apa strategi pembelajaran Maharah Kitabah?
1.3.Tujuan
1.      Mengetahui pengertian Maharah Kitabah
2.      Mengetahui tujuan dan manfaat dari mempelajari Maharah Kitabah
3.      Mengetahui aspek yang ada dalam Maharah Kitabah
4.      Mengetahui proses pembelajaran Maharah Kitabah
5.      Mengetahui strategi pembelajaran Maharah Kitabah



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Maharah Kitabah

            Kitabah adalah sesuatu yang terpenting yang ada pada kehidupan kita, karena kitabah merupakan ungkapan tertulis yang dituangkan oleh penulis. Pengertian kitabah menurut bahasa adalah kumpulan makna yang tersusun dan teratur. Dan makna kitabah secara epistimologi adalah kumpulan dari kata yang tersusun dan mengandung arti, karena kitabah tidak akan terbentuk kecuali dengan adanya kata yang beraturan. Dan dengan adanya kitabah manusia bisa menuangkan expresi hatinya dengan bebas sesuai dengan apa yang difikirkannya. Dengan menuangkan ungkapan yang tertulis diharapkan para pembaca dapat mengerti apa yang ingin penulis ungkapkan.[1]
            Menulis merupakan suatu aktivitas komunikasi bahasa yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan fluktuasi. Seseorang dapat disebut sebagai penulis karena memiliki kemahiran menuangkan ide, gagasan, dan perasaan secara runtut dalam bentuk tulisan. Apa yang dituliskan mengandung arti dan manfaat yang membuat orang lain merasa perlu membaca dan menikmatinya. (Sabarti Akhadiah, dkk, 2001:13)
Menulis adalah sebuah ketrampilan berbahasa yang terpadu, yang ditunjukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Sekurang-kurangnya, ada tiga komponen yang tergabung dalam perbuatan menulis, yaitu:
1. Penguasaan bahasa tulis, meliputi kosa kata, struktur, kalimat, paragraf, ejaan, fragmatik dan sebagainnya.
 2. Penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis.
 3. Penguasaan tentang jenis-jenis tulisan. Yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah dan sebagainnya. (http: //www.ialf.edu/kpbipa/papers/haherudinkurniawan.doc)
Pada dasarnya, menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, seorang menulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Ketrampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan studi itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan fikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif. Kejelasan ini bergantung pada fikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, dan struktur kalimat.[2]

2.2. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Maharah Kitabah

Beberapa tujuan dan manfaat penting mempelajari maharah kitabah adalah:
  1. Menulis merupakan bagaian dasar pada kehidupan dan termasuk syarat yang sangat diperlukan pada kelangsungan hidup.
  2. Merupakan suatu alat untuk mengajar pada semua jenis tingkatan.
  3. Merupakan sarana untuk menggabungkan antara satu dengan yang lain (antara penulis dengan pembaca).
  4. Merupakan alat untuk menghubungkan masa sekarang dengan masa lampau, dan dengan adanya kitabah manusia bisa mengetahui peradaban yang ada di masa lampau.
  5. Untuk menjaga kelertarian peninggalan buku yang terdahulu.
  6. Merupakan bukti penggadaan peristiwa sebenarnya.
  7. Merupakan penghubung dari perseorangan tentang dirinya sendiri dan menggambarkan tentang isi hatinya.[3]
Menurut Halliday dalam dunia modern ini bahasa tulis memiliki sejumlah fungsi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk fungsi berikut ini:
  1. Terutama untuk tindakan: tanda-tanda di tempat umum seperti rambu lalu lintas, label produk dan instruksi, dan untuk kontak sosial.
  2. Terutama untuk informasi: surat kabar dan majalah, buku-buku nonfiksi, iklan, laporan ilmiyah, dan buku petunjuk.
  3. Terutama untuk hiburan: majalah hiburan, buku fiksi, puisi, dan drama. (Halliday 1985:40-1 dalam nunan 1991)[4]
Tujuan maharah kitabah dalam pembelajaran bahasa diantaranya:
  1. Mampu memahami beragam wacana tulisan.
  2. Mampu mengekspresikan berbagai macam pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai tulisan. Disamping itu, pembelajaran ketrampilan menulis juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial juga untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara tertulis, dan memiliki kemampuan menggunakan bahasa untuk bermacam-macam tujuan keperluan dan keadaan.[5]
Dalam buku lain dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran ketrampilan menulis berdasarkan tingkatannya diantarannya:
·         Tingkat pemula
Ø  Menyalin satuan-satuan bahasa yang sederhana
Ø  Menulis satuan bahasa yang sederhana
Ø  Menulis pernyataan dan pertanyaan yang sederhana
Ø  Menulis paragraf pendek.
·         Tingkat menengah
Ø  Menulis pernyataan dan pertanyaan
Ø  Menulis paragraf
Ø  Menulis surat
Ø  Menulis karangan pendek
Ø  Menulis laporan.
·         Tingkat lanjut
Ø  Menulis paragraf
Ø  Menulis surat
Ø  Menulis berbagai jenis karangan
Ø  Menulis laporan.[6]




2.3. Aspek dalam Maharah Kitabah
            Poin-poin umum yang ada dalam pembelajaran kitabah adalah:
  • Susunan kelengkapan kitabah
Susunan pada kitabah merupan poin dasar pada ketrampilan kitabah, dasar dari ketrampilan ini adalah penguasaan ilmu bahasa yang bermacam macam, seperti nahwu yang membahas tentang susunan kalimat atau rangkaian dalam kalimat dan shorof yang membahas tentang bentuk kata.
  • Latihan pengembangan ungkapan
Agar penulis dapat mengembangkan ungkapan-ungkapan baru (modern).
  • Judul yang langsung dapat dipahami oleh pembaca dari penulis.
Unsur-unsur kitabah:
ü  Al kalimah: yang dimaksud dengan kalimah adalah satuan kata yang terkecil dari satuan kalimat atau unsur dasar pembentukan kaliamat
ü  Al jumlah: kumpulan kata yang dapat membentuk pemahaman makna (satu kata yang disandarkan dengan kata yang lain)
ü  Al faqroh: yaitu paragraf, yang tersusun dari beberapa kata dan membentuk kalimat. Dan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain berhubungan maknanya.
ü  Uslub: seperti yang kita tahu bahwa unsur dari kitabah adalah: kata yang ada didalam kalimat dan kalimat yang ada di dalam paragraf. Dan dari keseluruhannya itu disebut dengan susunan penulis (uslubul katib).[7]
Aspek-aspek dalam kitabah:
ü  Al qowaid, seperti nahwu dan sharaf
ü  Imla’
ü  Khot[8]

2.4. Proses Pembelajaran Kitabah

            Dalam pengajaran menulis, harus mempertimbangkan beberapa hal seperti organisasi kalimat ke dalam paragraf, bagaimana paragraf-paragraf tersebut digabungkan dan pengaturan gagasan ke dalam suatu wacana yang padu. Beberapa teknik pengajaran menulis dapat digunakan untuk mengembangkan kecakapan ini pada siswa. Proses pembelajaran kitabah terbagi menjadi tiga kategori utama, yaitu menulis terkontrol, menulis terbimbing dan menulis bebas. Jika membuat jenjang, menulis terkontrol akan berada pada tahap pertama dan menulis bebas pada tahap terakhir.
            Hal itu dimaksudkan bahwa pada awal-awal program pengajaran menulis, siswa harus dilibatkan pada aktivitas menulis yang masih banyak membutuhkan kontrol guru. Peranan guru masih sangat dominan dalam tahap ini. Selanjutnya yaitu pada tahap menulis terbimbing peranan guru sudah mulai berkurang. Mereka hanya membimbing semata. Pada tahap terakhir, dalam menulis bebas, siswa sudah diberi keleluasaan mengekspresikan gagasanya dengan ketrampilan menulis yang telah dimilikinya tersebut.
a.       Menulis terkontrol
Diantara contohnya,
a)      Dikte (dictation), yaitu mendikte baris-baris sebuah wacana. Dan salah satu cara terbaik adalah melakukan dikte dengan berpasang-pasangan atau berkelompok. Dengan cara ini siswa bekerja sesuai dengan kecepatan mereka dan mereka membetulkan sendiri kalimatnya. Sementara guru bias bebas memonitor aktivitas mereka.
b)      Menyusun kalimat (sentence combine), siswa kelas dibditulis dalam kalimat-kalimat pendek. Siswa menggabungkan kalimat-kalimat ini dengan menggunakankata penghubung yang disajikan pada papan tulis, atau sekaligus dalam lembar mereka.
c)      Menyimpulkan (reducing), siswa diminta menulis kembali sebuah wacana dengan membuang semua kata atau frase yang tidak perlu. Siswa hanya dibolehkan membuat sedikit perubahan pada struktur kalimat asli. Aktivitas ini sangat baikdilakukan secara berpasangan.

b.       Menulis Terbimbing
Diantara contohnya,
a)      Menggunakan gambar (picture description), pada aktivitas ini kita bisa mengunakan gambar yang diambil dari majalah atau menggambar sendiri pada sehelai kertas atau transparansi. Subjek gambar biasanya seorang tokoh terkenal, pemandangan lokasi sebuah peristiwa, bangunan terkenal. Salah satu cara memulai aktivitas ini adalah meminta siswa membuat pertanyaan-pertanyaan tentang gambar tersebut. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dijawab dalam bentuk tulis secara deskriptif.
b)      Cerita dengan gambar (picture sequence essay), di kelas diperlihatkan sejumlah gambar antara empat sampai enam buah yang membentuk rangkaian cerita. Gambar-gambar tersebut dapat juga diacak bila tujuan pengajarannya menghendaki diskusi antar siswa. Siswa kemudian menulis sebuah cerita dengan bahasa mereka sendiri berdasarkan gambar tersebut.
c)      Membalas surat (replying to letters), teknik ini meminta siswa untuk membuat stimulus. Surat stimulus dibuat secara alamiah, tetapi mengandung sejumlah permintaan informasi yang kemudian menjadi dasar pembentuk surat balasannya. Surat ini ditulis dalam sehelai lembar kerja, karena surat ini terlalu banyak memuat kata.
d)     Merangkum (making summary), guru membacakan sebuah wacana secara intensif dan meminta siswa menulis ringkasannya.
e)      Menggabungkan (making connections), aktivitas ini masih berkaitan dengan menggabungkan sejumlah kalimat, seperti yang dibahas sebelumnya. Kali ini siswa berurusan dengan teks yang mirip esai, tetapi tersusun dari kalimat-kalimat pendek. Dan tugas siswa adalah menghasilkan sebuah tulisan yang elegan dan padu, dengan menggunakan kata-kata penghubung yang sesuai.[9]

Sedangkan untuk pemula, biasanya ketrampilan menulis dimulai dari:
a.       Memberi syakal pada tulisan yang ada
b.      Latihan menulis dari kanan ke kiri
c.       Memindahkan kalimat dari papan tulis ke buku sendiri
d.      Menghubungkan antara kalimat satu dengan kelimat lain
e.       Menulis kalimat yang benar dari segi mufrodat dan tarkib.
Proses pembelajaran bahasa diarahkan untuk membekali siswa dengan ketrampilan berkomunikasi secara lisan maupun tulis. Siswa dilatih lebih banyak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, tidak hanya dituntut untuk menguasai pengetahuan tentang bahasa yang perlu ditandaskan adalah pelajaran menulis, haruslah dipentingkan dan diberi waktu secara cukup dan teratur.
Jika tidak demikian berarti guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih berbahasa secara tertulis yang sangat berguna dalam kehidupan siswa kelak. Mengingat pentingnya menulis dalam pembelajaran bahasa, maka maharah kitabah perlu lebih diefektifkan. (Sukmana, 2005:30)
Proses pembelajaran koperatif jigsaw, kaitannya dengan ketrampilan menulis dipilih karena metode ini cocok untuk materi yang bertopik sosial, biografi, atau eksposisi lain. Jigsaw dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari tertulis dalam bentuk narasi, hal ini lebih sesuai untuk pelajaran studi sosial, sastra, beberapa bagian dari ilmu pasti yang membedakan metode jigsaw dengan metode kooperatif lainnya adalah bahwa metode jigsaw membagi anggota kelompok menjadi pakar atau ahli dalam aspek tertentu dan bertugas menyampaikan keahliannya itu kepada kelompoknya.
Siklus-siklus pembelajaran jigsaw tersebut adalah sebagai berikut:
·         Membaca: siswa menerima topik-topik dan membaca materi yang diberikan untuk menemukan informasi.
·         Diskusi kelompok ahli atau pakar: siswa yang membahas topik yang sama bertemu untuk membahasnya dalam kelompok ahli /pakar.
·         Laporan kelompok: para ahli/pakar kembali ke kelompoknya.
·         Tes: siswa mengerjakan tes individu yang berisi semua topik.
·         Penghargaan kelompok: skor kelompok dihitung seperti halnya dalam STAD.[10]
Model pembelajaran menulis
                        Ketrampilan menulis merupakan ketrampilan yang paling tinggi tingkat kesulitannya bagi pembelajar dibandingkan dengan ketiga ketrampilan yang lainnya. Sebagai penulis yang baik, proses yang dialami pembelajar dapat digambarkan sebagai berikut.
a.       Skill-Getting
ü  Writting down
Latihan yang melibatkan proses reproduksi bahan yang sudah dipelajari; berkonsentrasi pada ejaan dan tanda baca.
ü  Writting in language
Pembelajar terlihat dalam berbagai aktivitas penerapan aturan tata bahasa.

b.      Skill Using Activities
ü  Fleksibilitas
Pembelajar mulai menulis dalam suatu kerangka seperti latihan transformasi, penggabungan kalimat, perluasan kalimat
ü  Menulis ekspresif
Menulis terbimbing dan bebas.[11]

2.5. Strategi Pembelajaran Maharah Kitabah

            Strategi belajar dan tipe belajar merupakan kawasan yang kini banyak menarik minat para pengkaji pembelajaran bahasa Arab. Nunan menafsirkan strategi pembelajaran sebagai proses mental yang digunakan pebelajar untuk mempelajari dan menggunakan bahasa sasaran.
            Dengan demikian strategi pembelajaran sifatnya sangat pribadi. Ia berbeda dari satu individu ke individu lainya, karena merupakan proses mental yang tidak tampak. Ia hanya bisa diidentasikasi melalui manifestasi perilakunya. Pembelajaran kitabah atau menulis terpusat pada tiga hal:
  1. Kemampuan menulis dengan tulisan yang benar
  2. Memperbaiki khoth
  3. Kemampuan mengungkapkan pikiran secara jelas dan detail.
Proses pembelajaran keterampilan menulis akan berbeda-beda sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan. Apakah menggunakan metode nahwu wa tarjamah atau menggunakan metode mubasyarah dan atau metode sam’iyyah syafawiyah. Karena ketika menggunakan metode nahwu wa tarjamah, pembelajaran menulis bisa dimulai sejak awal, sedang kalau menggunakan metode mubasyarah atau sam’iyah syafawiyah guru memulai pembelajaran dengan ketrampilan shautiyah setelah itu kemudian memulai menulis.
Terdapat beberapa petunjuk umum berkaitan dengan pembelajaran menulis, yaitu sebagai berikut:
1.      Memperjelas materi yang dipelajari siswa.
2.      Memberitahukan tujuan pembelajarannya kepada siswa.
3.      Mulai mengajarkan menulis dengan waktu yang cukup
4.      Asas bertahap, mulai dari yang sederhana berlanjut ke yang rumit
5.      Kebebasan menulis
6.      Pembelajaran khath
7.      Pembelajaran imla’
Dalam pembelajaran menulis, proses pembelajarannya bisa dengan beberapa tingkatan yaitu di mulai dengan pembelajaran imla’ sampai ta’bir. Untuk mengetahui masing-masing tingkatan akan kita bahas dalam penjelasan berikut.
a.       Pembelajaran Imla’
1.      Imla’ manaqul
Tingkat pertama ini dalam pembelajaran menulis bahasa Arab bertujuan untuk memperbaiki kemampuan siswa dalam menulis huruf, dan kata bahasa Arab. Tingkat ini penting untuk mendapatkan perhatian dalam belajar bahasa Arab karena ada beberapa sebab yang timbul dari aturan penulisan bahasa Arab, diantaranya adalah:
·         Kesulitan menulis dari arah ke kanan dan ke kiri bagi para pembelajar yang sudah terbiasa menulis dari arah kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.
·         Perbedaan penulisan dari huruf-huruf Arab dengan huruf latin yang banyak digunakan dalam kebanyakan bahasa.
·          Perbedaan bentuk huruf Arab karena perbedaan letaknya, di awal kata, ditengah atau di akhir kata.
·         Perbedaan bentuk penulisan sebagaian huruf karena perbedaan letak dalam kata.
·         Perbedaan bentuk huruf karena perbedaan jenis khot nashi atau khot riq’i.
·         Sebagian huruf terucap dan tertulis dan sebagian lain hanya terucap saja tidak tertulis.
·         Terdapat ciri khusus kebahasaan seperti tanwin, tadh’if, ta’ maftuhah dan ta’ marbuthoh.
·         Pemberian titik juga harus mendapatkan perhatian dan kemampuan untuk membedakan.
Pada tingkat ini hendaknya tidak hanya terfokus pada cara penulisan huruf tapi juga diikuti dengan latihan-latihan lain seperti tarkib, qawaid yang juga dipelajari kalam dan qiraah. Dan diantara latihan yang bisa digunakan pada tingkat imla’ ini adalah sebagai berikut:

·         Memberikan pertanyaan-pertanyaan yang jawabanya diambil dari teks bacaan.
·         Memberikan beberapa kata yang tidak urut dan meminta siswa untuk mengurutkan sehingga menjadi kalimat (jumlah) sempurna
·         Menyalin teks pendek yang isinya berhubungan meneyenangkan siswa.
·         Latihan merubah kalimat (jumlah).
2.      Imla’ Mandhur
Tingkat imla’ ini kelanjutan dari imla’ manqul di mana mana tingkat ini guru bisa memberikan latihan sebagai berikut:
·         Guru meminta siswa untuk menyiapkan tema tulisan atau imla’, siswa membaca teks di rumah dan kemudian ketika di kelas didiskusikan dengan guru secara tertulis di papan tulis dan mengeluarkan kata-kata yang sulit membacanya kemudian guru mnjelaskan cara penulisannya.
·         Siswa diminta untuk menghafal teks pendek dan sederhana kemudian mengeja kata-katanya. Setelah itu siswa diminta untuk menulisnya dan diperbolehkan melihat teks sekirannya dibutuhkan.
·         Meminta siswa menulis sebagian kalimat atau jumlah yang telah dipelajari, dibaca dan ditulis dalam imla’ manqul tanpa melihat kembali pada buku. Kemudian membandingkan tulisan yang ditulis dalam imla’ mandhur dengan tulisan pada imla’ manqul dari sisi kebenaran tulisannya
·         Juga bisa dengan mengemukakan satu atau dua paragraf yang pernah dibaca siswa kemudian dibuang sebagian kata-kata kuncinya, kemudian siswa diminta menyempurnakannya. Pada latihan ini guru bisa membantu siswa dengan pertanyaan dengan mengisi titik. Setelah itu guru menampilkan jawaban yang benar dan siswa mengoreksi pekerjaannya.
·         Juga bisa dengan guru memberikan pertanyaan yang jawabannya berupa satu kalimat atau dua kalimat yang telah dihafal siswa kemudian guru meminta siswa untuk menuliskan jawabannya tersebut.
·         Mungkin juga pada tingkatan ini dengan mengeluarkan kata-kata sulit dari teks imla’ dan menuliskan pada papan tulis, kemudian siswa menulisnya beberapa kali pada bukunya.


3.      Imla’ Ikhtibary
Imla’ ikhtibary ini pelaksanaanya membutuhkan tiga kemampuan, yaitu kemampuan mendengar, kemampuan menghafal apa yang didengar dan kemampuan untuk menuliskan apa yang didengar skaligus dalam waktu yang sama. Imla’ ikhtibary ini bertujuan untuk: 1). Memperkuat hubungan antara suara dan rumus yang telah dipelajari siswa ketika membaca. Siswa-siswa yang tidak bisa melihat kata dan mengucapkannya tidak akan bisa menulis kata itu dengan benar dalam imla’. 2). Mengevaluasi perkembangan dan kemajuan ingatan terhadap yang didengar siswa.
Pada awal penggunaan imla’ ikhtibary sebagai media untuk belajar menulis yang benar hendaknya dimulai dengan menggunakan teks-teks yang diambil dari buku pedoman yang sekiranya memuat unsur-unsur kebahasaan baru yang belum dipelajari baik dalam kalam maupun kitabah pada tingkatan sebelumnya. Seiring dengan kemajuan pelajaran bisa dengan menggunakan kosa kata yang sering didengar dalam bentuk baru di luar buku. Atau juga bisa dengan menggunakan kosa kata asing untuk menguji kemampuan pendengaran siswa untuk mendengarkan suara-suara atau kata-kata dan menuliskan dengan benar.
Ketika pada awalnya guru menggunakan teks-teks pendek yang memuat beberapa kalimat dan beberapa ungkapan pendek maka secara bertahap bisa mengembangkan dengan memperpanjang teks dan kalimat hingga siswa mampu mendengarkan kalimat panjang dan mengikutinya serta menghafalnya sampai akhirnya menulisnya dengan benar. Oleh sebab itu dalam proses imla’ ini hendaknya guru memperhatikan hal-hal berikut ini:
·         Guru membaca teks dengan kecepatan sedang
·         Mendiktekan teks dengan kecepatan yang rata, karena ketika sangat lambat kata perkata bisa merusak tujuan imla’
·         Hendaknya guru berusaha untuk membuat penggalan-penggalan kalimat yang bermakna dalam mendiktekannya
·         Guru mengucapkan satu penggalan satu kali dan siswa menulisnya, kemudian guru mengulangi sekali lagi agar siswa bisa mengulangi apa yang telah ditulis dan bisa mengoreksinya
·         Guru tidak mengabulkan permintaan siswa untuk mengulangi di tengah-tengah mendikte.
·         Sambil mendikte hendaknya guru bisa memberi waktu sebentar kepada siswa untuk mengulangi dan mengoreksi kebenaran tulisan.
·         Bagi siswa yang tidak menemui kesulitan dalam istima’ dan menulis bisa diberi latihan yang lebih sulit agar tidak jenuh dan tetap termotivasi.

b.      Pembelajarn Ta’bir
Pembelajaran ta’bir ini terbagi menjadi dua tingkatan yang sesuai dengan tingkatan kebahasaan siswa, yaitu:
1.      Ta’bir Muwajjah (terbimbing)
Pada tingkat ini siswa telah mengenal ejaan dengan beratus-ratus kata dan telah menguasai perbendaharaan kata yang banyak serta telah berkembang konsep-konsep kebahasaannya. Mereka disiapkan untuk berlatih menulis dengan menggunakan bentuk-bentuk tata bahasa, susunan-susunan bahasa yang telah diperoleh pada pelajaran kalam, qiraah dan imla’. Pada pembelajaran tingkat ini harus dimulai bertahap dari menulis sederhana dengan menulis satu kalimat kemudian berkembang menjadi beberapa kalimat kemudian berlanjut menjadi satu paragraf kemudian dua paragraf dan seterusnya.
2.      Ta’bir Hurr
Tingkatan ini merupakan tingkat terakhir dari pembelajaran menulis. Pada tingkat ini siswa diberi kebebasan untuk memilih tema, mengembangkan pikiran-pikirannya, penggunaan mufradat atau tarkib dalam tulisannya, akan tetapi bukan berarti siswa lepas dari bimbingan dan bantuan guru. Dan pada tingkat ini siswa sampai pada tingkat kreasi dalam menggunakan bahasa Arab walaupun tidak sampai pada tingkat seperti ketika manggunakan bahasa ibu.[12]
Dalam strategi pembelajaran ketrampilan menulis terdapat permainan bahasa sebagai tata cara pembelajaran kitabah, diantarannya:
  1. TTS (al kalimah al mutaqaati’ah)
Guru menyiapkan beberapa pertanyaan dalam bentuk TTS kemudian guru menyuruh siswa menjawab soal TTS secara individu atau kelompok.
  1. Permainan huruf yang kurang atau hilang
Guru menyuruh siswa menuliskan satu huruf yang hilang pada kata tertentu yang dibantu dengan gambar, yang menunjukkan kata dari jawaban yang dimaksud.
  1. Menyempurnakan gambar dan menulis namannya.
Ada beberapa gambar yang digambar dengan terputus-putus kemudian guru menyuruh siswa untuk menyempurnakannya dan menulis gambar apa yang dimaksud.
  1. Apakah kamu tahu ( hal ta’rif?)
Guru memberi beberapa soal secara tertulis dan menyuruh siswa menjawabnya secara tertulis juga. Terkait dengan sesuatu yang ada di lingkungan siswa atau peristiwa yang aktual.
  1. Mengurutkan kalimat (tartibul jumal)
Guru menyuruh siswa mengurutkan berbagai kata sehingga menjadi kalimat sempurna untuk mengurutkan beberapa kalimat sehingga menjadi paragraf yang sempurna. Alangkah baiknya kosa kata tertulis dikartu dengan dilengkapi gambar. [13]



BAB III
PENUTUP


3.1.         Kesimpulan

Kitabah adalah sesuatu yang terpenting yang ada pada kehidupan kita, karena kitabah merupakan ungkapan tertulis yang dituangkan oleh penulis. Pengertian kitabah menurut bahasa adalah kumpulan makna yang tersusun dan teratur. Dan makna kitabah secara epistimologi adalah kumpulan dari kata yang tersusun dan mengandung arti, karena kitabah tidak akan terbentuk kecuali dengan adanya kata yang beraturan.
 Tujuan dari maharah kitabah yaitu mampu menulis dan memahami beragam wacana   tulisan, dan mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan.dan tujuan pembelajaran keterampilan menulis berdasarkan tingkatannya. Tingkat pemula, tingkat menengah dan tingkat lanjut.
Aspek-aspek dalam maharah kitabah ada al-qowaid(nahwu dan sharaf), imla’ dan khot, dan unsur-unsur dalam kitabah adalah al-kalimah, al-jumlah, al-fakroh dan ushlub.
Dalam proses pembelajaran kitabah harus mempertimbangkan beberapa hal seperti organisasi kalimat ke dalam paragraf, bagaimana paragraf-paragraf tersebut digabungkan dan pengaturan gagasan kedalam suatu wacana yang padu. Ada beberapa contoh keterampilan menulis diantaranya, menulis terkontrol dan menulis terbimbing, dan ada juga model pembelajaran menulis seperti skill-getting, skill using activities.
Dalam pembelajaran kitabah ada berbagai macam strategi dan metode, seperti menggunakan metode nahwu wa tarjamah atau metode mubasyaroh dan metode sam’iyyah syafawiyah, juga ada pembelajaran dengan beberapa tingkatan mulai dari pembelajaran imla’ sampai pembelajaran ta’bir, selain itu ada setrategi pembelajaran dengan permainan bahasa.
  



DAFTAR PUSTAKA


·         Umi mahmudah, dkk, Active Learning dalam Pembelajaran BahasaAarab, 2008, uin malang press: Malang
·         Abdul Hamid, dkk, Pembelajaran Bahasa Arab, UIN Malang Press. 2008. Malang
·         Iskandarwassid, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa, Remaja Rosda Karya: Bandung
·         Furqanul, dkk, Pengajaran Bahasa Komunikatif (Teori dan Praktek), Remaja Rosda Karya: Bandung
·         Fuad Ahmad, Maharatul Lughawiyah, Mahiyatuha wa Turuqu Tadrisuha. 1992.Darul Muslm:Riyad
·         الدكتور جودت الركابي. طرق تدريس اللغة العربية.1998. دار الفكر. دمشق
·          Anwar Efendi, Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Prespektif, Tiara Wacana: Jogjakarta

[1] Ahmad Fuad Mahmud ‘Ulyan, al-Maharah al-Lughowiyah, Mahiyatuha wa Turuqu Tadrisuha, Darul Muslim, Riyadh, 1992: 156
[2] Anwar Efendi, Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Prespektif, Tiara Wacana: Jogjakarta, 327
[3] Ahmad Fuad Mahmud ‘Ulyan, al-Maharah al-Lughowiyah, Mahiyatuha wa Turuqu Tadrisuha, Darul Muslim, Riyadh, 1992: 157
[4]Furqanul, dkk, Pengajaran Bahasa Komunikatif (Teori dan Praktek), Remaja Rosda Karya: Bandung: 129-131
[5] Anwar Efendi, Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Prespektif, Tiara Wacana: Jogjakarta, 326
[6] Iskandarwassid, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa, Remaja Rosda Karya: Bandung, 292-293
[7] Fuad Ahmad, Maharatul Lughawiyah, Mahiyatuha wa Turuqu Tadrisuha. 1992.Darul Muslm:Riyad, 190
[8] الدكتور جودت الركابي. طرق تدريس اللغة العربية.1998. دار الفكر. دمشق. الصفحه 156
[9] Furqanul, dkk, Pengajaran Bahasa Komunikatif (Teori dan Praktek), Remaja Rosda Karya: Bandung, 131-136
[10] Anwar Efendi, Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Prespektif, Tiara Wacana: Jogjakarta, 328-330
[11] Iskandarwassid, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa, Remaja Rosda Karya: Bandung, 292
[12] Abdul Hamid, dkk, Pembelajaran Bahasa Arab, UIN Malang Press. 2008. Malang, 49-60

Tidak ada komentar:

Posting Komentar