Rabu, 01 Agustus 2012

tauhid dan ilmu kalam

TAUHID DAN ILMU KALAM

A.           Pengertian Tauhid dan Ilmu Kalam
1.    Tauhid
Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.
Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT semata, Rabb (Tuhan) segala sesuatu dan rajanya. Sesungguhnya hanya Dia yang Maha Pencipta, Maha Pengatur alam semesta. Hanya Dia lah yang berhak disembah, tiada sekutu bagiNya. Dan setiap yang disembah selain-Nya adalah batil. Sesungguhnya Dia SWT bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, Maha Suci dari segala aib dan kekurangan. Dia SWT mempunyai nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi.[1]
2.    Ilmu Kalam
Ilmu Kalam adalah salah satu bentuk ilmu keislaman Kajian dalam ilmu kalam terfokus pasa aspek ketuhanan (devesivasinya) atau bentuk karena itu disebut teologi dialetika, dan rasional. Secara harfiah kata kalam artinya pembicaraan tetapi bukan dalam arti pembicaraan sehari-hari (omongan) melainkan pembicaraan yang bernalar dan logika(akal).
Ilmu Kalam adalah Ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan (agama islam) dengan bukti-bukti yang yakin. Ilmu Kalam adalah Ilmu yang membahas soal-soal keimanan yang sering juga disebut Ilmu Aqaid atauIlmuUshuluddin. [2]
Menurut Al-‘iji (Ulama) Ilmu Kalam adalah Ilmu yang memberi kemampuan untuk menetapkan aqidah agama (Islam) dengan mengajukan argument untuk melenyapkankeraguan-keraguan. Menurut Ibnu Khaldun Ilmu Kalam adalah Ilmu yang mengandung argument-argument rasional untuk membela Aqidah-aqidah Imanya dan mengandung penolakan terhadap golongan bid’ah (perbuatan-perbuatan baru tanpa contoh) yang didalam aqidah menyimpang dari mazhab salah dan ahli sunnah.
Menurut Fu’at Al-Ahwani Ilmu Kalam adalah memperkuat aqidah agama dengan ajaran-ajaran yang rasional.
B.            Dasar – dasar Tauhid dan Ilmu Kalam
Dinamakan ilmu ini dengan tauhid, adalah karena pembahasan – pembahasannya yang paling menonjol adalah : pembahasan tentang keesaan allah swt yang menjadi sendi asasi agama islam, bahkan sendi asasi bagi segala agama yang benar yang telah dibawakan oleh para rosul yang diutus allah.
Allah swt berfirman :
!$tBur $uZù=yör& `ÏB šÎ=ö6s% `ÏB @Aqߧ žwÎ) ûÓÇrqçR Ïmøs9Î) ¼çm¯Rr& Iw tm»s9Î) HwÎ) O$tRr& Èbrßç7ôã$$sù ÇËÎÈ
25. dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku".
Al-Qur’an : Banyak menyinggung hal yang berkaitan dengan masalah ketuhanan, diantaranya:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4) ( الأخلاص : 1-4
الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ الرَّحْمَنُ فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا (الفرقان :59
Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.
إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا ( الفتح :10
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.
وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ ( الرحمن :27
Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
Ilmu Kalam disebut juga dengan beberapa nama: Ilmu Aqaid atau Ilmu Ushuluddin Ilmu yang membahas pokok-pokok agama ( ushuluddin ) Ilmu Tauhid Ilmu yang membahas keesaan Allah SWT, juga asma’ (nama-nama) dan af’al (perbuatan-perbuatan) Allah yang wajib, mustahil dan jai’iz dan sifat wajib, mustahil dan ja’iz bagi Rasul-Nya. Secara objektif ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid, tetapi argumentasi ilmu kalam lebih dikosentrasikan pada penguasaan logika.
Ilmu ini dinamakan juga dengan ilmu kalam, sedangkan ulama – ulama yang memperkatakannya dinamakan mutakallimin, atau ulama kalam.
Sumber-Sumber Ilmu Kalam :
• Al-Qur'an
• Al- Hadist
• Pemikiran manusia
• Insting[3]
C.           Sejarah Perkembangan Ilmu Kalam
Sejarah Munculnya Ilmu Kalam Mulai Masa Rasulullah, Khulafaurrasyidin,  Bani Umayyah, Bani Abbas, dan Sampai sekarang.
Menurut Harun Nasution, kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Ustman bin Affan yang beruntut pada persoalan Muawiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib yang mengkristal menjadi perang Siffin yang kemudian menghasilkan keputusan tahkim. persoalan kalam yang pertama kali muncul adalah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir, dalam arti siapa yang keluar dari Islam dan siapa yang tetap Islam.
Pada masa Nabi Muhammad SAW dan para Khulafaurrasyidin, umat islam bersatu, mereka satu akidah, satu syariah dan satu akhlaqul karimah, kalau mereka ada perselisihan pendapat dapat diatasi dengan wahyu dan tidak ada perselisihan diantara mereka. Awal mula adanya perselisihan di picu oleh Abdullah bin Saba’ (seorang yahudi) pada pemerintahan khalifah Utsman bin Affan dan berlanjut pada masa khalifah Ali. Dan awal mula adanya gejala timbulnya aliran-aliran adalah sejak kekhalifahan Utsman bin Affan (khalifah ke-3 setelah wafatnya Rasulullah). Padamasa itu di latar belakangi oleh kepentingan kelompok, yang mengarah terjadinya perselisihan sampai terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan. Kemudian digantikan oleh Ali bin Abi Thalib, padamasa itu perpecahan di tubuh umat islam terus berlanjut.
Umat islam pada masa itu ada yang pro terhadap kekhalifahan Ali bin Abi Thalib yang menamakan dirinya kelompok syi’ah, dan yang kontra yang menamakan dirinya kelompok Khawarij. Akhirnya perpecahan memuncak kemudian terjadilah perang jamal yaitu perang antara Ali dengan Aisyah dan perang Siffin yaitu perang antara Ali dengan mu’awiyah. Bermula dari itulah akhirnya timbul berbagai aliran di kalangan umat islam, masing-masing kelompok juga terpecah belah, akhirnya jumlah aliran di kalangan umat islam menjadi banyak, seperti aliran syi’ah, khawarij, murji’ah,jabariyah,mu’tazilah dll.
Pada zaman Bani Umayyah ( 661-750 M ) masalah aqidah menjadi perdebatan yang hangat di kalangan umat islam. Di zaman inilah lahir berbagai aliran teologi seperti Murji’ah, Qadariah, Jabariah dan Mu’tazilah.Kaum Muslimin tidak bisa mematahkan argumentasi filosofis orang lain tanpa mereka menggunakan senjata filsafat dan rasional pula. Untuk itu bangkitlah Mu’tazilah mempertahankan ketauhidan dengan argumentasi-argumentasi filosofis tersebut.Namun sikap Mu’tazilah yang terlalu mengagungkan akal dan melahirkan berbagai pendapat controversial menyebabkan kaum tradisional tidak menyukainya.Akhirnya lahir aliran Ahlussunnah Waljama’ah dengan Tokoh besarnya Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi. Pada zaman pemerintahan Bani Umaiyah, hampir-hampir keseluruhan umat Islam di dalam keimanan yang bersih dari sebarang pertikaian dan perdebatan.
Pada zaman Abbasiyah, telah banyak berlaku pembahasan di dalam perkara-perkara akidah termasuk perkara-perkara yang tidak wujud pada zaman Nabi s.a.w. atau zaman para sahabatnya. Berlaku pembahasan tersebut dengan memberi penumpuan agar ia menjadi satu ilmu baru yang diberi nama Ilmu Kalam.
Setalah kaum muslimin selesai membuka negeri-negeri, lalu ramai dari kalangan penganut agama lain yang memeluk Islam. Mereka ini menzahirkan pemikiran-pemikiran baru yang diambil dari agama lama mereka tetapi diberi rupabentuk Islam. Iraq, khususnya di Basrah merupakan tempat segala agama dan aliran. Maka terjadilah perselisihan apabila ada satu golongan yang menafikan kemahuan (iradah) manusia. Kelompok ini diketuai oleh Jahm bin Safwan Dan antara pengikutnya ialah para pengikut aliran Jabbariyah yang diketuai oleh Ma'bad al-Juhni. Aliran ini lahir ditengah-tengah kecelaruan pemikiran dan asas yang dibentuk oleh setiap kelompok untuk diri mereka. Kemudian bangkitlah sekelompok orang yang ikhlas memberi penjelasan mengenai akidah-akidah kaum muslimin berdasarkan jalan yang ditempoh oleh al-Quran. Antara yang masyhur di kalangan mereka ialah Hasan al-Basri. Dan sebahagian dari kesan perselisihan antara Hasan al-Basri dengan muridnya Washil bin Atho' ialah lahirnya satu kelompok baru yang dikenali dengan Muaktazilah.
Pada akhir kurun ketiga dan awal kurun keempat, lahirlah imam Abu Mansur al-Maturidi yang berusaha menolak golongan yang berakidah batil. Mereka membentuk aliran al-Maturidiah Kemudian muncul pula Abul Hasan al-Asy'ari yang telah mengumumkan keluar dari kelompok Mu'tazilah dan menjelaskan asas-asas pegangan barunya yang bersesuaian dengan para ulamak dari kalangan fuqahak dan ahli hadis. Dia dan pengikutnya dikenal sebagai aliran Asya'irah. Dan dari dua kelompok ini, terbentuklah kelompok Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Dan kesimpulannya, kita dapat melihat bahawa kemunculan kelompok-kelompok di dalam Islam adalah kembali kepada dua perkara: perselisihan mengenai pemerintahan
dan Perselisihan di dalam masalah usul atau asas agama.[4]





D.           Aliran – aliran Ilmu Kalam
Pada dasarnya aliran-aliran ilmu kalam ada delapan yaitu: Syiah, Khawarij,Murji’ah, Jabariyah dan Qadariyah, Mu’tazilah, Asy’ariyah, maturidiyah, dan Salafiyah.
ü Aliran syiah adalah aliran yang mengikuti sahabat Ali bin Abi Thalib. Dalam perkembangan sejarahnya Syiah memiliki dua sekte yang terkenal,yaitu Imamiyah dan Zaidiyah. Dalam ajaran Imamiyah dikenal lima doktrin fundamental, yaitu: imamah,ishmah, mahdiyah, raj’ah, dan taqiyah.
ü Kelompok khawarij dikenal radikal dan ekstrim dalam pemahaman maupun tinddakan kaegamaannya. Menurut ahli sejarah, aliran ini pecah menjadi 20 sekte tetapi yang terkenal ada 5 sekte, yaitu: Azariqah, Shufriyah, Baihasiyah, Nadjat, dan Ibadiyah.
ü Dalam pandangan murji’ah pelaku dosa besar tidaklah kekal di neraka, tetapi hanya akan dihukum untuk sementara setimpal dengan atau bahkan mungkin diampuni dari dosa dosanya.
ü Jabariyah dan Qadariyah menganggap bahwa semua perbuatan manusia adalah kehendaknya sendiri, perbuatan manusia berada di luar kekuasaan Allah.
ü Aliran mu’tazilah dalam banyak pemikirannya menjadikan akal sebagaisumber pengetahuan utama tentang kewajiban serta kebaikan dan keburukan,sedangkan wahyu sebagai pendukung kebenaran akal.
ü Asy’ariyah percaya bahwa fungsi akal adalah sebatas mengetahui hal hal yang empiri(konkrit), sedangkan wahyu memberi informasi tentang hal hal yang lebih luas termasuk soal metafisika. Pemikiran al Asy’ari sering di sebut sebagai imam Ahl al sunnah wa al jama’ah.
ü Dalam aliran maturidiyah sebenarnya di kenal dua corak aliran, yakni aliran samarkand dan bukhara.
ü Salafiyah meyakini bahwa keesaan Allah merupakan asas pertama islam yang meliputi tauhid rububiyah, uluhiyah dan asma’wa sifat.[5]


[1]  Muhidin,. Risalah Tauhid Dalam Ilmu Kalam. Mediaka, Kuala Kapuas. 2006.hlm.45
[2]  Ibid. hlm.46
[3]  Rozak, Abdul & Anwar, Rohison, Ilmu Kalam. CV Pustaka Setia, Bandung, 2003, hlm. 57

[4] Abdullah, M. Amin, Falsafah Kalam dan Perkembanganya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995).hlm.34

[5]  Rozak, Abdul & Anwar, Rohison, Op.Cit, hlm. 57

Tidak ada komentar:

Posting Komentar