Rabu, 01 Agustus 2012

foto modifikasi yamaha byson terbaru













faktor-faktor penyebab rendahnya kemahiran menulis(proposal skripsi)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KURANGNYA KEMAHIRAN MENULIS (MAHAROH AL-KITABAH) PESERTA DIDIK KELAS VIII
MTs. AL-HIKMAH WAY HALIM BANDAR LAMPUNG




PROPOSAL JUDUL




Oleh :


M. R O H I M
NPM. 0811020002



Jurusan : Pendidikan Bahasa Arab


 














FAKULTAS TARBBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
2011


OUT LINE
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
  1. Penjelasan Judul
  2. Alasan Memilih Judul
  3. Latar Belakang Masalah
  4. Rumusan Masalah
  5. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
  6. Metode Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI
  1. Kemahiran Menulis
1.      Pengertian kemahiran menulis
2.      Tujuan menulis
3.      Macam-macam menulis
4.      Kesalahan dan benar dalam menulis
5.      Langkah-langkah mengajarkan materi menulis (kitabah)
  1. Bahasa Arab
1.      Pengertian bahasa Arab
2.      Fungsi dan kegunaan mempelajari bahasa Arab
3.      Jenis-jenis kemahiran menulis
  1. Faktor Penyebab kurangnya kemahiran menulis siswa

BAB III PENYAJIAN DATA LAPANGAN
  1. Sejarah singkat berdirinya MTs Al-Hikmah Kedaton Bandar Lampung
  2. Struktur Organisasi MTs Al-Hikmah Kedaton Bandar Lampung
  3. Keadaan Tenaga Pengajar MTs Al-Hikmah Kedaton Bandar Lampung
  4. Keadaan Siswa MTs Al-Hikmah Kedaton Bandar Lampung
  5. Sarana dan Prasarana MTs Al-Hikmah Kedaton Bandar Lampung

BAB IV ANALISIS DATA
BAB V KESIMPULAN,SARAN, DAN PENUTUP
  1. Kesimpulan
  2. Saran
  3. Penutup
DAFTAR PUSTAKA


FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KURANGNYA KEMAHIRAN MENULIS (MAHAROH AL-KITABAH) PESERTA DIDIK KELAS VIII
MTs. AL-HIKMAH WAY HALIM BANDAR LAMPUNG

A.    Latar Belakang Masalah

Kita ketahui bahwa bahasa Arab selain berfungsi sebagai alat komunikasi juga dikenal sebagai bahasa agama sebagai ciri khas agama Islam dan bahasa ilmu pengetahuan. Bahasa Arab juga merupakan bahasa Al-Qur’an yakni kalam Allah SWT dan sebagai kitab suci umat muslim. Hal ini senada dengan firman Allah SWT yang terdapat dalam surat Yusuf ayat 2 :
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& $ºRºuäöè% $wŠÎ/ttã öNä3¯=yè©9 šcqè=É)÷ès? ÇËÈ  
Artinya : “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab agar kamu memahaminya.”[1]
            Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa Allah SWT dengan keagungannya telah menurunkan Al-Qur’an dengan berbahasa arab agar bisa dipahami oleh kaumnya dan oleh kita semua umat muslim. Tentunya untuk memahami isi dan dapat mengamalkan kandungan Al-Qur’an terlebih dahulu kita hendaknya mempelajari bahasa arab karena bahasa arab dan Al-Qur’an ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Ketika seseorang mempelajari bahasa Arab tidak sedikit mereka banyak mengalami problematika yang dapat terlihat dalam berbagai bentuk kesalahan-kesalahan baik dalam aspek sistem bunyi, penggunaan kosakata, dan struktur kalimat atau bahkan dari aspek-aspek lainnya yang masih mengalami banyak kekurangan.
Adapun Problematika Pembelajaran bahasa Arab secara umum dan teoritis ada dua macam, yaitu Problem Kebahasaan yang meliputi; Problem Bunyi (Aswat Arabiyah), Problem Kosakata (Mufrodat), Problem Tata Kalimat (Tarakib, Qowaid, dan I’rob) dan Problem Non-Kebahasaan.[2]
A.           Problem Kebahasaan (Musykilat Lugawiyah)
Yaitu persoalan-persoalan yang dihadapi siswa atau pembelajar yang terkait langsung dengan bahasa yang sedang dipelajarinya. adapun yang termasuk problem kebahasaan adalah sebagai berikut :
1.             Problem Bunyi (Aswat Arabiyah)
Suatu bahasa terbentuk dari satuan-satuan bunyi tertentu, dengan menyusun satuan-satuan bunyi tersebut terbentuklah berjuta-juta kata dalam situasi yang beraneka ragam. Setiap bahasa mempunyai khazanah (inventory) bunyi yang dipilih dari semua kemungkinan bunyi yang bias diucapkan manusia, yang berbeda (atau mungkin berbeda) dengan khazanah bunyi bahasa-bahasa lain. Bunyi bahasa arab yang dilambangkan dengan ض  misalnya,-tidak ditemukan dalam bahasa lain. Pola-pola dalam organisasi substansi bunyi juga berbeda antara bahasa yang satu dengan bahasa lainnya. Karena setiap bahasa mempunyai system bunyi yang terkadan berbeda dari bahasa yang lain, perbedaan tersebutlah yang menjadi awal problem pengajaran bunyi.
Contoh problem bunyi bahasa Arab yang dimaksud adalah :
a.       Adanya konsonan bahasa Arab yang berbeda dengan bahasa Indonesia
b.      Vocal panjang bahasa Arab: ا (a), ي (i), و (u)
c.       Lambang bunyi/huruf bahasa Arab yang banyak ragam, ada bunyi nya tetapi tidak ada hurufnya ( seperti bunyi nun mati pada kata كتاب ) dan ada hurufnya tetapi tidak bunyinya (seperti alif pada kata دهبوا dan kata داهدا  )

2.             Problem Kosakata (Mufrodat)
Bahasa Arab adalah bahasa yang pola pembentukan katanya sangat beragam dan fleksibel, baik melalui cara derivasi (tashrif isytiqaqiy) maupun dengan cara infleksi (tashrif i’robi). Dengan melalui dua cara pembentukan kata ini, bahasa arab menjadi sangat kaya dengan kosakata. Dengan karakter bahasa arab yang pembentukan katanya beragam dan fleksibel tersebut, problem pengajaran kosakata bahasa arab akan terletak pada keanekaragaman bentuk marfologis (wazan), dan makna yang dikandungnya, serta akan terkait dengan konsep-konsep perubahan derivasi, perubahan infleksi, kata kerja (af’al/verb), mufrod (singular), mutsanna (dual), jamak (plural), ta’nits (feminine), tazkir (masculine), serta makna leksikal dan fungsional.
3.           Problem Tata Kalimat (Tarakib, Qowaid, dan I’rob)
Problem tata kalimat berbarti kesulitan yang dihadapi oleh siswa yang berkenaan dengan aturan-aturan (qowaid) dari hubungan satu kata dengan lainnya sebagai pernyataan gagasan dan sebagai bagian dari struktur kalimat.
Diantara problem tata kalimat yang banyak menghambat pembelajaran bahasa arab antara lain:
a.       I’rob, yaitu perubahan bunyi akhir kata, baik berupa harakat (rofa’, nashb, dan jarr ) atau berupa huruf, sesuai dengan jabatan kata dalam suatu kalimat.
b.      Urutan kata dalam kalimat
c.       Keharusan adanya persesuaian (muthabaqah/concord) antar bagian kata dalam kalimat.
d.      Penggunaan pola-pola idomatik yang rumit.

B.            Problem Non-Kebahasaan (Musykilat Gair Lugawiyah)
Yang dimaksud dengan problem non-kebahasaan adalah persoalan-persoalan yang tidak terkait langsung dengan bahasa yang dipelajari siswa tetapi turut serta (bahkan dominan) mempengaruhi tingkat kesuksesan dan kegagalan dari pembelajaran bahasa.  Adapun Problem Non-Kebahasaan dalam pembelajaran bahasa, antara lain sebagai berikut :
1.      Masalah yang terkait dengan faktor psikologis seperti motivasi (dawafi’i) dan minat (muyul).
2.      Masalah perbedaan individu siswa (furuq fardiyah) dalam satu kelas, baik dari segi kemampuan maupun orientasi belajarnya.
3.      Sarana dan prasarana, media dan sumber belajar bahasa arab seperti buku dars dan buku-buku penunjang lainnya.
4.      Kompetensi guru, baik akademik, paedagogik, personal, maupun sosial
5.      Metode pembelajaran yang digunakan, harus dipilih secara tepat sesuai dengan tujuan
6.      Waktu yang tersedia
7.      Lingkungan berbahasa.

Dari uraian mengenai problematika pembelajaran bahasa arab diatas penulis tertarik untuk membahas sekaligus meneliti problematika atau kesulitan yang dihadapi siswa dari salah satu keterampilan bahasa dari empat keterampilan bahasa yang ada.
Adapun Henry Guntur Tarigan mengatakan bahwa dalam mempelajari bahasa asing (Arab) ada empat keterampilan yang hendak dikuasai :
1.   Keterampilan menyimak
2.   Keterampilan berbicara
3.   Keterampilan membaca
4.   Keterampilan menulis[3]

Adapun keterampilan yang akan diteliti oleh penulis adalah keterampilan menulis (Maharoh Al-Kitabah) pada siswa Madrasah Tsanawiyah karena dengan menulis kita dapat mengeluarkan ide dan fikiran melalui tulisan.
Pengertian keterampilan menulis itu sendiri adalah kegiatan dalam mengekspresikan fikiran dan perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan.[4] Sedangkan menurut Ahmad Fuad Effendy, dalam kegiatan menulis ada dua kemahiran yang harus dikuasai yaitu; pertama kemahiran membentuk huruf dan menguasai ejaan; kedua kemahiran melahirkan fikiran dan perasaan dengan tulisan.[5]
          Dapat penulis pahami bahwa menulis (kitabah) adalah kegiatan dalam mengekspresikan perasaan dan fikiran dalam bentuk tulisan yang dibekali dengan kemampuan membentuk huruf dan menguasai ejaan, serta mampu menuangkan perasaan dan fikirannya kedalam bentuk tulisan. Dengan menulis seseorang akan mampu mengekplorasi apa yang ia miliki baik berupa ide, fikiran, gagasan, pengalaman, dan perasaanny dalam tulisan.

          Adapun dalam pengajaran menulis hendaknya kita memulainya dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Keterampilan Sebelum Menulis Huruf
pada tahap ini siswa dilatih cara memegang pena dan meletakkan buku didepannya. Demikian juga mereka harus belajar memantapkan cara menggaris, seperti kemiringannya, cara memulai dan cara mengakhiri.
2. Pengajaran Menulis Huruf
Setelah siswa berlatih membuat garis-garis, mulailah mereka belajar menulis huruf-huruf.
3. Pengajaran Menyalin (Naskh/Naql)
Setelah para siswa selesai berlatih menulis huruf, baik yang bersambung ataupun yang terpisah, sebaiknya mereka diminta untuk menyalin pelajaran membaca yang mereka pelajari (buku pelajaran yang menjadi pegangan)
4. Pengajaran Dikte (Imla’)
Setelah para siswa dilatih menyalin tulisan pada waktu yang cukup, mulailah mereka dilatih Imla’. Latihan ini dilakukan untuk menguji kemampuan menulis mereka atas apa yang mereka dengar.
5. Pengajaran Menulis Terstruktur (Insya’ Muwajjah)
Setelah para siswa mempelajari menulis huruf-huruf, menyalin dan dikte mereka mulai belajar kitabah muqoyyadah (menulis terstruktur) atau disebut juga kitabah muwajjahah.
6. Pengajaran Menulis Bebas (Insya’ Hurr)
Menulis bebas merupakan tahap terakhir dari perkembangan keterampilan menulis.[6]

            Dapat penulis pahami bahwa prosedur pengajaran menulis memiliki beberapa tahapan-tahapan penting yaitu Keterampilan Sebelum Menulis Huruf, Pengajaran Menulis Huruf, Pengajaran Menyalin (Naskh/Naql), Pengajaran Dikte (Imla’), Pengajaran Menulis Terstruktur (Insya’ Muwajjah), Pengajaran Menulis Bebas (Insya’ Hurr). Yang demikian itu adalah dilakukan secara berurutan dari tahapan yang paling mudah kemudian meningkat ketingkat yang lebih sulit.


          Menurut Ahmad Fuad Effendy, pada prinsipnya latihan menulis diberikan setelah latihan menyimak, berbicara, dan membaca, namun ini tidak berarti bahwa latihan menulis ini hanya diberikan setelah siswa memiliki ketiga kemahiran, namun latihan menulis dapat diberikan pada jam yang sama dengan latihan kemahiran yang lain; tentunya dengan memperhatikan tahap-tahap latihan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.[7]
          Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa latihan menulis dapat dilakukan bersamaan dengan latihan kemahiran yang lain. Namun, tetap memperhatikan kondisi atau kemampuan peserta didik dan idealnya latihan menulis diberikan pada akhir sesi pembelajaran dari latihan keterampilan yang lain.
             Keterampilan Menulis dalam kategori permulaan dapat dicapai dengan apa yang disebut dengan mengarang terbimbing (guided composition). Adapun jenis atau bentuk mengarang terbimbing yang paling sederhana adalah : menyalin, memodifikasi kalimat, tabdil atau substitusi, takmilah al jumlah atau melengkapi kalimat, tahwil al fi’il al madi ila al fi’il al mudhori’ atau transformasi fi’il madhi menjadi fi’il mudhori’.
            Selain jenis mengarang terbimbing yang telah dipaparkan diatas ada juga jenis mengarang bebas. Yang dimaksud Mengarang Bebas adalah jenis karangan yang diberikan kepada siswa yang sudah maju (advanced). Dalam hal ini mahasiswa perguruan tinggi jurusan bahasa Arab umpamanya.[8]

             Sedangkan menurut Radliyah Zaenuddin, mengatakan bahwa ada dua terminology untuk memberi nama keterampilan menulis dalam bahasa Arab yaitu dua macam yaitu : mengarang terstruktur/terbimbing (Al-Insya’ Al-Muwajjah) dan mengarang bebas (Al-Insya’ Al-Hurr). Sedangkan menurut Radliyah Zaenuddin, Al-Insya’ Al-Muwajjah termasuk dalam kategori mengarang yang terendah, hal tersebut karena ia dimulai dari merangkai huruf, kemudian kata dan kalimat, serta jenis-jenis lainnya yang lebih kompleks. Sedangkan Al-Insya’ Al-Hurr menempati posisi tertinggi karena tidak terdapatnya sekat gramatikal dalam menulis dengan satu asumsi bahwa yang biasa menulisnya adalah orang yang telah mempuni dalam permasalahan struktur bahasa Arab.[9]
          Dari kedua pendapat diatas dapat penulis pahami bahwa keterampilan menulis terbagi dalam dua kategori yaitu mengarang terstruktur (Al-Insya’ Al-Muwajjah) dan mengarang bebas (Al-Insya’ Al-Hurr). Sehingga dalam penerapannya harus sesuai sasaran dan tepat, oleh sebab itu penulis dalam hal ini akan membahas keterampilan menulis terbimbing yang telah direalisasikan disebagian sekolah-sekolah Madrasah Tsanawiyah atau Madrasah Aliyah dalam mata pelajaran bahasa Arab. 
            Menurut Mahmud Yunus menegaskan bahwa tujuan mengarang (menulis) secara umum adalah sebagai berikut :
1.         Supaya teliti memilih kata-kata dan susunan kalimat yang indah
2.         Supaya bagus susunan kalimatnya dan halus perasaannya sehingga tampak nilai estetis dalam susunan kata-katanya.
3.         Membiasakan siswa supaya sanggup membentuk pendapat-pendapat yang betul dan pola piker yang benar.[10]

          Sedangkan menurut Hafidz Magfur mengatakan bahwa adapun yang menjadi tujuan dalam pengajaran insya (kitabah) atau mengarang adalah sebagai berikut :
a.       Siswa dapat menyusun atau mengarang kalimat-kalimat sederhana dalam bahasa Arab.
b.      Siswa terampil dalam mengemukakan buah pikirannya, melalui karya tulis berupa karangan
c.       Siswa mampu berkomunikasi melalui koresponden atau bahasa tulisan menggunakan bahasa Arab
d.      Siswa dapat mengarang ccerita-cerita yang menarik
e.       Siswa dapat menyajikan berita / peristiwa kejadian dalam lingkungan masyarakat dan dunia Islam melalui karya yang berbentuk cerita (cerpen), tajuk rencana, artikel dan karya ilmiah lainnya, yang aktual dan merangsang.[11]
Dari pendapat diatas jelas bahwa setelah mengikuti pembelajaran menulis/kitabah tentunya diharapkan siswa mampu dan terampil dalam menulis, menyusun, merangkai huruf kemudian kata dan kalimat menjadi sebuah tulisan sekaligus mampu menuangkan ide dan pikirannya dalam sebuah karya berupa tulisan, atau bahkan mampu mengungkapkan informasi dan mendeskripsikan apa yang ada disekitar lingkungannya menggunakan bahasa arab.
Menurut Hafidz Magfur mengatakan bahwa metode Mengajar Insya’/kitabah langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1.      Materi pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kemampuan anak didik dan perkembangan berpikir serta usia mereka
2.      Pada kelas-kelas dasar pelajaran insya’ dapat diberikan mengenai pembentukan kata-kata atau kalimat yang telah diketahui (dikuasai) anak didik menjadi kalimat yang sederhana
3.      Sedangkan pada kelas-kelas atas, maka pengajaran insya’ dapat ditingkatkan pada pembentukan kalimat yang telah sempurna, yang telah mengandung pengertian yang utuh
4.      Sedangkan pada kelas / tingkat yang lebih tinggi, maka materi insya’ sudah terikat lagi dengan ketentuan-ketentuan yang mungkin bersifat terikat. Akan tetapi guru hanya menentukan topik / tema karangan atau insya’. Apakah mengenai cerita-cerita hikmah tertentu, syair, puisi atau berupa karya ilmia lainnya. Dan siswa mengembangkannya
5.      Setelah insya’ dikerjakan anak didik, maka guru hendaknya mengadakan soal jawab, dan berdiskusi mengenai hasil karya mereka untuk saling bertukar pendapat dan saling melengkapi
6.      Guru membetulkan insya’, dengan memberikan berbagai keterangan dan penjelasan kepada anak didik
7.      Guru mencatat dan melengkapi karyanya itu
8.      Guru mengakhiri acara insya’ dengan memberikan berbagai petunjuk atau nasehat yang berguna bagi anak didik[12]
Hal yang dapat dipahami adalah tentunya pada setiap pembelajaran insya/kitabah diawal guru harus mengetahui tingkat kemampuan siswa sehingga materi yang diberikan sesuai dan tidak salah sasaran, kemudian dalam pembelajaran materi yang terlebih dahulu yang diberikan adalah dari yang paling mudah kemudian beranjak perlahan ke yang lebih sulit.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan insya/kitabah Menurut Hafidz Magfur adalah sebagai berikut :
a.       Guru hendaknya merencanakan pengajaran insya’/kitabah secata matang
b.      Dalam memilih topik insya’ maka perkembangan dan kemampuan anak didik perlu dipertimbangkan secara psikologis
c.       Pada umumnya tugas resitasi (pekerjaan rumah), sangat membantu dan mendorong anak didik untuk aktif belajar dan terlatih dalam insya’/kitabah, asalkan tidak terlalu sering dilakukan.[13]

Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa seorang guru dalam mengajarkan menulis harus memperhatikan beberapa hal diantaranya; perencanaan yang matang, tingkat kemampuan anak didik, dan lebih kreatif serta inovatif dalam mengajarkannya dengan memberikan latihan-latihan atau tugas, namun tetap memperhatikan kondisi siswa.
Sedangkan menurut Mary Finochiaro model koreksi terhadap tulisan insya’ yang baik adalah dengan menentukan empat unsur penilaian yaitu :
a.       Penulisan, penyambungan dan penggunaan huruf hijaiyah yang benar
b.      Penomeran dan pungtuasi tepat dan sesuai
c.       Pemakaian kosakata atau mufrodat yang tepat dan bervariasi
d.      Kaidah atau susunan gramatikalnya yang benar dan tepat[14]
Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa dalam keterampilan menulis/kitabah yang menjadi tolak ukur penilaian adalah berupa penulisan, penyusunan atau penyambungan huruf yang benar, dari aspek penomeran jika ada, mufrodat atau kosakata yang digunakan, dan tentunya dari aspek susunan gramatikalnya sehingga tulisan memiliki nilai estetisnya.
Berdasarkan pra survey penulis, bahwa Ibu Zainatun Alfiah selaku guru bidang studi bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Al-Hikmah Way halim Bandarlampung beliau sudah menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang cukup baik dalam aplikasi nya terhadap pembelajaran kitabah/menulis.


Adapun langkah-langkahnya pembelajarannya adalah sebagai berikut :
1.      Guru memulai pelajaran dengan memberikan materi, topik atau judul yang akan dijadikan tugas menulis siswa, dengan memberikan gambaran dan penjelasan yang gamblang agar tidak terjadi kesalah pahaman
2.      Materi pelajaran yang akan dibeikan disesuaikan dengan kemampuan anak didik dan perkembangan berpikir mereka
3.      Pada kelas-kelas dasar pelajaran insya’/kitabah dapat diberikan mengenai pembentukan kata-kata atau kalimat yang telah diketahui (dikuasai) anak didik menjadi kalimat yang sederhana
4.      Sedangkan pada kelas-kelas menengah, maka pengajaran insya’ dapat ditingkatkan pada pembentukan kalimat yang telah sempurna, yang telah mengandung pengertian yang utuh atau menyusun kalimat yang teracak
5.      Sedangkan pada kelas / tingkat yang lebih tinggi, maka materi insya’ sudah terikat lagi dengan ketentuan-ketentuan yang mungkin bersifat terikat. Akan tetapi guru hanya menentukan topik / tema karangan atau insya’. Apakah mengenai cerita-cerita hikmah tertentu, syair, puisi atau berupa karya ilmia lainnya. Dan siswa mengembangkannya
6.      Setelah insya’/kitabah dikerjakan siswa, guru mengadakan soal jawab, dan berdiskusi mengenai hasil karya mereka untuk saling bertukar pendapat dan saling mengoreksi

7.      Guru membetulkan tugas siswa, dengan memberikan berbagai keterangan dan penjelasan sebagai koreksi kepada anak didik dengan berupa garis bawah atau langsung menulis jawaban yang benar pada lembar jawaban siswa
8.      Dalam pengoreksian jika waktu tidak memungkinkan dapat dilakukan dengan menukar tugas siswa dengan teman satu tempat duduk mereka, sedangkan guru menulis jawaban yang benar dipapan tulis dan siswa mengoreksi
9.      Guru mengakhiri pembelajaran insya’/kitabah dengan memberikan berbagai petunjuk, penjelasan atau nasehat yang berguna bagi anak didik serta motivasi agar anak didik lebih giat belajar.[15]
Berangkat dari hasil observasi diatas tergambar bahwa pelaksanaan pembelajaran kitabah yang diterapkan di MTs. Al-Hikmah Way halim Bandarlampung sudah baik. Akan tetapi pada kenyataannya ketika penulis melakukan observasi pada peserta didik kelas VIII MTs. Al-Hikmah Way halim Bandarlampung ternyata kemahiran peserta didik masih kurang.



Sedangkan untuk mengetahui tingkat kemahiran menulis peserta didik MTs. Al-Hikmah Way halim Bandarlampung maka penulis mengadakan tes tertulis yang penulis berikan kepada 33 peserta didik dari kelas VIIIB dan hasilnya dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 1
Hasil Tes Kemahiran Menulis (Kitabah)
Peserta didik Kelas VIIIB MTs. Al-Hikmah Way halim.
No
Kriteria Nilai
Jumlah Siswa
Presentase
Keterangan
1
A.B.C.D.E
2
6,6%
Baik sekali
2
A.B.C.D
6
18.2%
Baik
3
A.B.C.
4
12,1%
Cukup
4
A.B.
15
45,4%
Kurang
5
A.
6
18,2%
Sangat kurang
Jumlah
33
100%

Sumber : Hasil tes yang diberikan kepada 33 peserta didik dari kelas VIIIB MTs. Al-Hikmah Way halim Bandarlampung[16]
Keterangan :
A.      Benar penulisan hurufnya
B.       Benar penyusunan dan penyambungan hurufnya
C.       Benar penggunaan kosakatanya
D.      Benar susunan gramatikalnya
E.       Bisa dimengerti dan dipahami

Berdasarkan pada table 1 diatas, maka tergambar bahwa kemahiran menulis peserta didik kelas VIII nampaknya sebagian besar masih dibawah standar yaitu pemerolehan nilai baik sekali berjumlah 2 peserta didik (6,6%), nilai baik 6 peserta didik (18.2%) , nilai cukup 4 peserta didik (12,1% ), nilai kurang 15 peserta didik (45,4%), nilai sangat kurang 6 peserta didik  (18,2%).
Melihat dari pemerolehan tes tertulis diatas tergambar bahwa kemahiran menulis masih kurang yang ditunjukkan dari presentase hasil tes kepada peserta didik, sebagian besar peserta didik mendapatkan nilai dibawah cukup yaitu 63,8% atau 21 peserta didik. Maka pernyataan diatas menggambarkan bahwa kemahiran menulis masih kurang. Adapun kesalahan-kesalahan yang ada berupa kesalahan dalam penulisan hurufnya, kesalahan dalam penyusunan dan penyambungan hurufnya, penggunaan kosakatanya, kesalahan susunan gramatikalnya, dan sulit dimengerti dan dipahami maknanya.
Berdasarkan paparan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang dihadapi peserta didik sehingga kemahiran menulis di MTs. Al-Hikmah Way halim masih kurang.
B.       Rumusan Masalah
Masalah adalah suatu hal yang harus dipecahkan masalahnya sebagaimana yang diungkapkan andidni dan Aditya bahwa Masalah adalah suatu hal yang harus dipecahkan dan urusan yang harus dikerjakan.[17]
Menurut Sumardi Surya Brata, "Masalah atau permasalahan adalah adanya kesenjangan (Gap) antara das Sollen (yang seharusnya) dan das Sein (kenyataan yang terjadi)".[18]
Kartini Kartono menegaskan yang dimaksud dengan masalah adalah "sembarangan situasi yang punya sifat-sifat khas (karakteristik) yang belum mapan atau yang belum diketahui  untuk dipecahkan atau diketahui secara pasti.[19]
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa masalah adalah kesenjanganyang terjadi antara seharusnya terjadi dengan kenyataan yang terjadi untuk dicari jawaban dan pemecahannya melalui penelitian.
Dengan mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka untuk memudahkan kajian penelitian ini, perlu dirumuskan masalah secara spesifik yaitu “Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kurangnya kemahiran menulis (maharoh al-kitabah) peserta didik Kelas VIII MTs. Al-Hikmah Way halim Bandar Lampung ?”
C.    Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kurangnya kemahiran menulis (Maharoh Al-Kitabah) peserta didik kelas VIII MTs.Al Hikmah Way Halim Bandar Lampung.
Kegunaan Penelitian
  1. Secara teoritis, untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang faktor-faktor penyebab kurangnya kemahiran menulis (Maharoh Al-Kitabah).
  2. Secara praktis, sebagai input bagi lembaga pendidikan dan guru bahasa Arab sekaligus memperkaya informasi tentang faktor-faktor penyebab kurangnya kemahiran menulis (Maharoh Al-Kitabah).
D.    Metode Penelitian
Untuk dapat melaksanakan penelitian dengan baik dan sistematis, sehingga terhindar dari data yang kurang mendudkung dalam permasalahan, maka terlebih dahulu penulis menentukan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Populasi dan Sampel
Populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian”.[20] Hal ini sejalan dengan pernyataan: “Populasi adalah suatu individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan.”
Pendapat lain mengatakan populasi adalah keseluruhan subyek yang akan diteliti dalam suatu penelitian untuk memperoleh data yang konkrit dan dapat memberi informasi serta untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh itu hendak digeneralisasikan.[21]
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII MTs. Al-Hikmah Way halim Bandarlampung. Namun dalam penelitian ini penulis hanya mengambil sampel kelas VIIIB didasari dengan alasan bahwa dari ketiga kelas pada kelas VIII, dan kelas VIIIB adalah yang memiliki prestasi kemahiran menulis yang sangat kurang.
Tabel 2
Data Peserta didik Kelas VIII
MTs. Al-Hikmah Way halim Bandarlampung.

No.
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sampel
1
VIIIA
10
22
32

2
VIIIB
16
17
33
33
3
VIIIC
12
24
36

Jumlah
38
63
101
33



Adapun alasan penulis tidak mengikut sertakan peserta didik kelas VII adalah dengan mempertimbangkan bahwa peserta didik tersebut belum mempunyai standar kemampuan bahasa Arab yang sama, disamping mereka adalah siswa baru dan penerapan tehnik pembelajaran menulis belum begitu  efektif.
2.      Alat Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data dilapangan, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a.       Tes
Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan, baik secara tertulis, lisan, maupun tindakan/perbuatan.[22] Tes ini penulis gunakan sebagai metode untuk mengukur kemahiran menulis peserta didik.
Adapun tes yang digunakan adalah tes tertulis, dan tes ini merupakan metode primer yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data sekaligus mengukur keterampilan menulis peserta didik.
b.      Observasi
Observasi adalah “Pengamatan dan pencatatan yang sistematik terhadap gejala-gejala yang diteliti.”[23] Sedangkan observasi menurut Kartini Kartono adalah” “Studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan.”[24]
Dari kedua pendapat tersebut, maka dapat penulis fahami bahwa observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengamati dan mencatat secara langsung maupun tidak langsung terhadap obyek yang diteliti itu.
Adapun jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan, yaitu peneliti tidak ambil bagian dalam kegiatan yang diobservasi, jadi disini peneliti (observer) hanya sebagai pengamat.
c.         Interview (wawancara)
Jenis interview yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah interview bebas terpimpin, dimana interviewer telah memberikan kerangka-kerangka pertanyaan untuk disajikan. Interview ini penulis tujukan kepada kepala sekolah dan guru bidang studi bahasa Arab serta peserta didik kelas VIII MTs.Al Hikmah Way Halim Bandar Lampung. Metode interview dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam menulis.
d.      Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.[25] Sedangkan menurut Koentjaraningrat dokumentasi adalah kumpulan data variable yang berbentuk tulisan.[26]
Dari kedua pendapat di atas, penulis dapat memahami bahwa metode dokumentasi adalah mencari data atau keterangan-keterangan yang berbentuk catatan, transkrip, buku dan lain-lain atau peristiwa penting yang sudah lalu.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh dokumen berupa data tentang prestasi belajar yang dihasilkan siswa kelas VIII MTs.Al Hikmah Way Halim Bandar Lampung dalam pelajaran bahasa Arab, mengetahui sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasi sekolah, keadaan guru, dan keadaan siswa.

3.      Pengolahan dan Analisis Data
Dari data yang telah terkumpul melalui alat pengumpul data, kemudian penulis mengolah data tersebut guna memperoleh kesimpulan yang dapat digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis. Adapun langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut:
  1. Reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksi dan mengubah data kasar kedalam catatan lapangan.
  2. Display atau sajian data merupakan suatau cara merangkai data dalam suatu organisasi yang memudahkan untuk pembuatan kesimpulan atau tindakan yang diusulkan
  3. Verifikasi data atau penyimpulan data adalah penjelasan tentang makna-makna data dalam suatu konfigurasi yang secara jelas menunjukkan alur kuasanya, sehingga dapat diajukan proposisi-proposisi yang terkait dengannya.[27]

Setelah pengolahan data kemudian penulis menganalisa data tersebut, dalam analisa data penulis menggunakan cara berfikir induktif, yaitu: “cara berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus peristiwa-peristiwa yang konkrit. Kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa yang khusus ditarik generalisasi yang bersifat umum.”[28]
Berdasarkan pernyataan di atas, cara berfikir yang penulis gunakan dengan menguraikan terlebih dahulu dari sifatnya yang khusus kemudian diambil kesimpulan yang bersifat umum. Dengan cara berfikir tersebut diharapkan akan menghasilkan suatu kesimpulan yang obyektif dan sesuai dengan maksud dari tujuan penelitian ini.





[1] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, PT.Mas Inti, Semarang, 1992,hlm.235
[2] Aziz Fahrurrozi dan Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Arab, Dirjen Pend.Islam DEPAG RI, Jakarta, 2009, hlm. 3
[3] Hendry Guntur Tarigan, Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa, Angkasa, Bandung, 1991, hlm.191
[4] Zulhannan, Paradigma Baru Pembelajaran Bahasa Arab, An-Nur Press, Bandar Lampung, 2004, hlm.8
[5] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Misykat, Malang, 2005, hlm.137
[6] Aziz Fahrurrozi dan Erta Mahyudin,Op.Cit, hlm. 315-319
[7] Ahmad Fuad Effendy, Op.Cit, hlm.138
[8] Zulhannan, Op. Cit, hlm.56-57
[9] Radliyah Zaenuddin, Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran BA, Pustaka Rihlah, Cirebon, 1990, hlm.81
[10] Mahmud Yunus, Metodik Khusus Bahasa Arab (Bahasa Al-Qur’an), PT.Hadikarya Agung, Jakarta, hlm.45
[11] Hafidz Magfur, Terampil Berbahasa Arab, Jagatama, Bandung, 2001, hlm.34
[12] Hafidz Magfur, Op.Cit, hlm.35
[13]Ibid,  hlm.35
[14] Ahmad Fuad Effendy, Op.Cit, hlm.147
[15] Observasi, yang dilakukan pada tanggal 23 Maret 2011, di MTs. Al-Hikmah Way halim
[16] Hasil Tes Tertulis pada tanggal 26 Maret 2011 di MTs. Al-Hikmah Way halim Bandarlampung
[17] Andini T.Nirmala dan Adityaa A Pratama, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini, Prima Media, Surabaya, 2003, hlm.263
[18] Sumadi Suraya Brata, Metodologi Penelitian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003 hlm. 12.
[19] Kartini Kartono, Pengantar Methodologi Research Sosial, Madar Maju, Bandung 1990, hlm. 18. 
[20] Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian, Rhineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm. 108
[21] Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, PT. Gramedia, Jakarta, 1985.
[22] Alinis Ilyas, Metodologi Penelitian, Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung,20003-2004, hlm 32.
[23] Cholid Nurbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Bina Aksara, Jakarta, 1997, hlm. 54
[24] Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research Sosial, Alumni, Bandung,  1983, hlm. 157
[25] Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm. 131
[26] Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, PT. Gramedia, Jakarta, 1985, hlm.46
[27] Alinis Ilyas, Op.Cit, hlm. 52
[28] Sutrisno Hadi, Op. Cit. hlm. 42